SKHU Gila, band yang terbentuk pada 2012 dalam sebuah kampus yang kerap melahirkan sarjana pendidikan di Indonesia, akhirnya merilis mini album. “Sembrono”, begitu komplotan Punk Rock yang beranggotakan Thoyib (vokal), Hasan (gitar), Harris (bass), dan Catur (drum) menamai mini album berisi empat lagu itu.
Apa lah arti sebuah nama, kata Shakespeare. Namun, ketika ditanyakan pada SKHU Gila, “Sembrono” punya arti dalam sekaligus mewakili sepak terjang mereka selama 12 tahun. Judul album itu juga sedikit merepresentasikan kerendahan hati para personel yang punya kesibukan di luar nalar ini.
Mereka merasa tidak punya skill dan wawasan luas tentang teknik sampai produksi musik. SKHU gila ingin tampil jujur, apa adanya. Dari situ lah kata ‘Sembrono’ dirasa cocok mewakili mini album SKHU Gila.
“Karena setelah 12 tahun baru ini rilis mini album. Selain itu kami merasa punya banyak kekurangan tetapi dari sana lah bara ini membesar sehingga kami semangat rilis,’ kata Thoyib.
Empat track dalam mini album: ‘Gumam’, ‘Transaksi Dogma’, ‘Auto Pilot’, dan ‘Onani’--Keempatnya berisi pandangan terhadap kehidupan sehari-hari dan kritik sosial– dibikin semasa kuliah di Karang Malang tahun 2012-2014. Namun, perekaman baru dilakukan tahun 2022 lantas memakan waktu dua tahun untuk mixing dan mastering
“Prosesnya memang lama, karena kami juga tidak bisa full time ngeband, pada sibuk masing masing personilnya sempat kelupaan juga. Ya namanya juga kehidupan,” sambar Catur..
Mini album ini dirilis secara digital dan dalam format kaset. SKHU Gila menyertakan bonus lagu dalam format kaset yakni ‘Jambu klutuk’ dan ‘Ekspektasi Mahasiswa’ yang masuk dalam rilisan “Demo Pariwara” serta single ‘Derita’ versi pertama. Hasan, gitaris sekaligus personel termuda membeberkan dalam format kaset itu pendengar bisa lebih jauh mengenal SKHU Gila. “Jadi cukup dari satu kaset saja sudah bisa dengar tujuh lagu kami,” ucap Hasan tersipu-sipu..
“Bentuk fisik penting bagi kami sekaligus nostalgia akan pengalaman mendengarkan musik via analog yang kami lakukan sejak SD,” sambung Thoyib.
Untuk visual mini album, SKHU Gila memasrahkan pada Thoyib. Vokalis yang kerap membuka gigs SKHU Gila lewat pidato ini menggambarkan tengkorak berpeci dengan baju batik PGRI. “Visual tengkorak sebagai representasi penderitaan guru, khususnya honorer. Seperti hidup enggan mati tak mau dan nasibnya sering di bawah garis kemiskinan,” pungkas Thoyib.