Proses pendewasaan itu nyata, kami tidak akan berpura-pura pada Jelaga yang kami rilis pada 7 Februari 2024. Lagu ini kami sepakati sebagai rekaman realitas sehari-hari yang kami jalani pada dewasa ini. Kami menghadapi pemenuhan-pemenuhan untuk menyambung hidup.
Banyak hal-hal yang kami hadapi dalam dekade ketiga dalam hidup ini. Seperti masalah anggaran dasar dalam rumah tangga yang itu-itu saja, ribut-ribut di setiap garis koordinasi perkantoran, atau mungkin ontran-ontran dalam setiap perkumpulan yang seolah tidak ada habisnya. Sebenarnya bukan untuk ditangisi, terkadang hanya butuh mengeluh saja dalam hati sudah cukup.
Terdengar omong kosong memang..
Jelaga sendiri adalah sebuah kata yang berarti partikel dari asap pekat. Asal asap itu bisa dari mana saja, arang yang dibakar, mungkin kualitas udara yang kian memburuk, atau dari napas seseorang yang jalannya sudah terseok.
Begitu sekelumit cerita kami tentang Jelaga yang sebenarnya lagu ini sudah berumur hampir 2 tahun. Antara mempunyai kesibukan lain atau kami tidak taat dalam mengerjakan proyek ini seolah tidak ada pemisah. Tetapi syukurlah, kini kami menjadi berlima yang tadinya hanya bertiga, bahkan hanya sempat berdua saja.
Formasi kami yang kini Shofa Aditama, Dhimas Charlian (Iim), Saga Satria, Anzar Aziz (Ancal), dan Rafly Suhri (Acong) ternyata bisa membuat lebih produktif, merasa saling memiliki, dan kompleks. Terlepas dari itu, berbagai macam ide untuk memenuhi agenda produksi bisa diselaraskan dengan cara kami sendiri. Tentunya, formasi terbaru ini juga bisa menciptakan energi yang lebih besar untuk sebuah album yang rencananya akan kami rilis pada tahun 2024 ini.
Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, melalui surat edaran ini kami berbagi kabar tentang perjalan kami yang akan diteruskan. Kami tetap ada -mungkin selamanya-, kami sangat dekat walau sebenarnya berjarak, dan pastinya mohon dimaklumi.
Tags:
Indonesia