SETELAH MELEWATI PERIODE STAGNASI HYDROSHEPALUS KEMBALI DAN BERMETAMORFOSIS

Pada tahun 2009, sebuah entitas dengan nama Hydroshepalus muncul dari kota Solo/Surakarta, membawa nuansa Slam Death Metal dengan groove yang mencengkeram. Dibentuk oleh empat pelajar kala itu, band ini sempat menorehkan jejak sebelum akhirnya terhenti, terseret oleh berbagai kepentingan yang membatasi pergerakannya.

Kini, entitas tersebut tidak sekadar kembali, tetapi bermetamorfosis. Dengan formasi yang diperkuat oleh Rama Surya (ex-Paranoid Despire) di lini gitar, mereka melangkah menuju sesuatu yang lebih dinamis dan tidak lagi terikat pada batasan masalalu. Psychosism kini berdiri dengan materi yang lebih kompleks, tetap menjaga groove sebagai fondasi, namun membawa dimensi baru dalam eksplorasi musiknya.

Setelah melewati periode stagnasi, karya yang sempat tertahan di tahun 2013 akhirnya menemukan jalannya. Single terbaru "Son Of A Beast" menandai kelanjutan dari perjalanan yang sempat tertunda, salah satu bagian dari album "Evolushit" yang kini kembali dirakit untuk disempurnakan.

Di tengah skena musik bawah tanah yang terus bergerak, Psychosism hadir bukan sebagai bayang-bayang masa lalu. Dengan materi yang telah dipersiapkan, untuk melangkah dengan visi yang lebih matang. Mereka siap bangkit, membawa amarah lampau dengan era baru yang menyala.

Kutipan: Dalam pencarian kami akan hasrat yang nyaris putus asa. Terjalin oleh benang-benang takdir. Kami menapaki jalan kegilaan dan keputusasaan. Dipandu oleh para pengikut dari DIA yang kami puja.

Di bulevar agung, bentuk-bentuk grotesk melangkah. Di mana teror dan keindahan saling bersatu.

Bulu-bulu ternoda darah menari dan melayang. Di bawah langit malam yang dihiasi kemegahan abyssal. Mereka yang terjangkit berpesta dalam gemuruh ekstasi.

Kami menyerahkan diri pada altar euforia. Di alam antara mimpi dan mimpi buruk. Sebuah perayaan di mana kegilaan dan keindahan menyatu. Bisikan dari alam lain menggema. Sang raja jurang, mata air kegilaan kami. Dari kedalaman ia bangkit, sang “iblis” itu sendiri.

Di panggung perarakan abadi ini, di antara kampanye merah darah dari kebenaran-kebenaran hampa. Kami merayakan datangnya petaka dunia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama